Tanaman kelapa merupakan salah satu tanaman yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Tenggara baik menggunakan lahan pemukiman dengan jumlah yang sangat terbatas maupun yang dilakukan pada lahan yang luas untuk tujuan kemersial. Berdasarkan hasil studi potensi kelapa dalam di Sulawesi Tenggara dapat digambarkan bahwa areal potensi kelapa yang tersebar di 12 kabupaten/kota. Sentra pengembangan dan potensi kelapa berdasarkan kabupaten/kota teratas di Sulawesi Tenggara berada di Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton, Kabupaten Konawe Kabupaten Muna, Kabupaten Wakatobi . Sedangkan Sentra produksi terbesar berada di Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Konawe dan Kabupaten Buton Utara serta Kabupaten Muna. Kota Kendari dan Kota Bau – Bau merupakan penyumbang terkecil baik dari aspek luas areal maupun produksi.
Aspek Teknis Pengelolaan Kelapa di Sulawesi Tenggara
Aspek Budidaya
Teknis budidaya kelapa yang saat ini dilakukan oleh masyarakat adalah secara tumpang sari.
Aspek Budidaya
Teknis budidaya kelapa yang saat ini dilakukan oleh masyarakat adalah secara tumpang sari.
Aspek Produksi
Umur produktif tanaman kelapa berada pada usia tanaman 15 – 50 tahun. Lokasi penanaman sangat menentukan produksi/buah kelapa yang dihasilkan dalam 1 pohon. Pada lokasi dataran/pesisir dapat menghasilkan buah antara 35 – 50 biji per musim panen. Sedangkan pada daerah perbukitan dan daerah – daerah dengan tingkat kesuburan tanah yang rendah seperti di beberapa wilayah kepulauan hanya menghasilkan 15 – 35 biji kelapa per musim. Musim panen dilakukan setiap 3 bulan dengan produksi rara-rata 30 biji per pohon. Sehingga dalam 1 hektar dapat menghasilkan biji kelapa sebanyak 4.140 per panen. jadi dalam 1 hektar 138 pohon maka kelapa yang di hasilkan sebesar 571. 320 / panen. Sebagian besar petani kelapa di lokasi studi melakukan pengolahan biji kelapa menjadi kopra dan hanya sebagian kecil petani yang melakukan pengolahan dalam bentuk minyak. Bentuk pengolahan kopra masih dilakukan secara tradisional, baik melalui pengeringan dengan cara penjemuran maupun melalui pengasapan. Beberapa daerah di wilayah kepulauan seperti di Kabupaten Buton, Wakatobi dan sebagian di Kabupaten Buton Utara melakukan pengeringan dengan menggunakan panas matahari.
Umur produktif tanaman kelapa berada pada usia tanaman 15 – 50 tahun. Lokasi penanaman sangat menentukan produksi/buah kelapa yang dihasilkan dalam 1 pohon. Pada lokasi dataran/pesisir dapat menghasilkan buah antara 35 – 50 biji per musim panen. Sedangkan pada daerah perbukitan dan daerah – daerah dengan tingkat kesuburan tanah yang rendah seperti di beberapa wilayah kepulauan hanya menghasilkan 15 – 35 biji kelapa per musim. Musim panen dilakukan setiap 3 bulan dengan produksi rara-rata 30 biji per pohon. Sehingga dalam 1 hektar dapat menghasilkan biji kelapa sebanyak 4.140 per panen. jadi dalam 1 hektar 138 pohon maka kelapa yang di hasilkan sebesar 571. 320 / panen. Sebagian besar petani kelapa di lokasi studi melakukan pengolahan biji kelapa menjadi kopra dan hanya sebagian kecil petani yang melakukan pengolahan dalam bentuk minyak. Bentuk pengolahan kopra masih dilakukan secara tradisional, baik melalui pengeringan dengan cara penjemuran maupun melalui pengasapan. Beberapa daerah di wilayah kepulauan seperti di Kabupaten Buton, Wakatobi dan sebagian di Kabupaten Buton Utara melakukan pengeringan dengan menggunakan panas matahari.
Aspek Pemasaran
Produksi olahan kopra dipasarkan melalui pedagang pengumpul yang datang pada petani maupun diantar langsung pada pedagang pengumpul besar yang ada di tingkat kabupaten. Pemasaran kopra yang berasal dari berbagai kabupaten di wilayah Sulawesi Tenggara terpusat di 3 (tiga) kabupaten/kota yakni kabupaten Kolaka, Kota Kendari dan Kota Bau - Bau. Untuk wilayah kepulauan terpusat di Kota Bau-Bau sedangkan di wilayah daratan terpusat di Kabupaten Kolaka dan Kota Kendari.
Sarana transportasi dan jangkauan wilayah juga berpengaruh terhadap penetapan harga yang berlaku. Sebagian besar kondisi jalan di sentra tanaman kelapa belum memadai (rusak dan pengerasan). Pada Kondisi jalan yang rusak biasanya harga yang ditetapkan pedagang pengumpul relatif lebih rendah dari harga umum. Khusus untuk daerah kepulauan selain sarana jalan, kondisi cuaca dan ombak sangat berpengaruh terhadap penetapan harga.
Produksi olahan kopra dipasarkan melalui pedagang pengumpul yang datang pada petani maupun diantar langsung pada pedagang pengumpul besar yang ada di tingkat kabupaten. Pemasaran kopra yang berasal dari berbagai kabupaten di wilayah Sulawesi Tenggara terpusat di 3 (tiga) kabupaten/kota yakni kabupaten Kolaka, Kota Kendari dan Kota Bau - Bau. Untuk wilayah kepulauan terpusat di Kota Bau-Bau sedangkan di wilayah daratan terpusat di Kabupaten Kolaka dan Kota Kendari.
Sarana transportasi dan jangkauan wilayah juga berpengaruh terhadap penetapan harga yang berlaku. Sebagian besar kondisi jalan di sentra tanaman kelapa belum memadai (rusak dan pengerasan). Pada Kondisi jalan yang rusak biasanya harga yang ditetapkan pedagang pengumpul relatif lebih rendah dari harga umum. Khusus untuk daerah kepulauan selain sarana jalan, kondisi cuaca dan ombak sangat berpengaruh terhadap penetapan harga.
Akse Layanan Dan PerBankkan
Sebagian besar lokasi studi belum memiliki sarana komunikasi yang memadai seperti telepon, memiliki jaringan telepon seluler dan telah dilalui jaringan listrik PLN yang dapat mendukung pengembangan industri kelapa dan jaringan pemasaran. Sedangkan akses pada jaringan perbankan pada umumnya hanya terdapat di ibukota kabupaten (Bank BRI, BNI, Mandiri , Panin, Danamon dan BPD) dan beberapa kecamatan yang lebih maju (BRI)
Sebagian besar lokasi studi belum memiliki sarana komunikasi yang memadai seperti telepon, memiliki jaringan telepon seluler dan telah dilalui jaringan listrik PLN yang dapat mendukung pengembangan industri kelapa dan jaringan pemasaran. Sedangkan akses pada jaringan perbankan pada umumnya hanya terdapat di ibukota kabupaten (Bank BRI, BNI, Mandiri , Panin, Danamon dan BPD) dan beberapa kecamatan yang lebih maju (BRI)
Faktor Pendukung Dan Penghambat Serta Prospek
Faktor Pendukung
1. Ketersediaan lahan kosong yang relatif masih sangat luas memungkinkan untuk peningkatan produksi kelapa baik secara ekstensifikasi maupun intensifikasi.
2. Dukungan pranata sosial budaya masyarakat yang sudah sejak dulu akrab membudidayakan tanaman kelapa.
3. Animo masyarakat terhadap pendayagunaan tanaman kelapa dan produk turunannya melalui introduksi teknologi pasca panen (kegiatan off farm) sangat besar.
4. Bahan baku pembuatan produk turunan kelapa seperti sabut, tempurung, lidi, air kelapa tersedia melimpah dan untuk sementara masih menjadi limbah.
5. Permintaan pasar domestik maupun internasional terhadap produk kelapa dan turunannya masih sangat terbuka lebar dan dapat berorientasi ekspor.
6. Kelapa merupakan salah satu komoditas unggulan daerah dan memperoleh perhatian khusus dari beberapa instansi/dinas/institusi daerah dalam hal pembinaan dan pengembangan.
7. Sebagian besar sentra kelapa telah dilalui jaringan listrik PLN maupun jaringan telekomunikasi seluler yang dapat mendukung pengembangan industri kelapa dan jaringan pemasaran walaupun hanya dalam skala rumah tangga.
Faktor Pendukung
1. Ketersediaan lahan kosong yang relatif masih sangat luas memungkinkan untuk peningkatan produksi kelapa baik secara ekstensifikasi maupun intensifikasi.
2. Dukungan pranata sosial budaya masyarakat yang sudah sejak dulu akrab membudidayakan tanaman kelapa.
3. Animo masyarakat terhadap pendayagunaan tanaman kelapa dan produk turunannya melalui introduksi teknologi pasca panen (kegiatan off farm) sangat besar.
4. Bahan baku pembuatan produk turunan kelapa seperti sabut, tempurung, lidi, air kelapa tersedia melimpah dan untuk sementara masih menjadi limbah.
5. Permintaan pasar domestik maupun internasional terhadap produk kelapa dan turunannya masih sangat terbuka lebar dan dapat berorientasi ekspor.
6. Kelapa merupakan salah satu komoditas unggulan daerah dan memperoleh perhatian khusus dari beberapa instansi/dinas/institusi daerah dalam hal pembinaan dan pengembangan.
7. Sebagian besar sentra kelapa telah dilalui jaringan listrik PLN maupun jaringan telekomunikasi seluler yang dapat mendukung pengembangan industri kelapa dan jaringan pemasaran walaupun hanya dalam skala rumah tangga.
9. Tersedia potensi pengembangan pelabuhan rakyat maupun peti kemas dalam rangkatransportasi produk antar pulau.
Faktor Penghambat
1. Usaha budidaya tanaman kelapa masih bersifat subsistem. Sapta usaha tani belum diterapkan secara optimal.
2. Tanaman kelapa tidak/kurang produktif lagi akibat usia yang sudah tua sementara petani tidak melakukan peremajaan
Faktor Penghambat
1. Usaha budidaya tanaman kelapa masih bersifat subsistem. Sapta usaha tani belum diterapkan secara optimal.
2. Tanaman kelapa tidak/kurang produktif lagi akibat usia yang sudah tua sementara petani tidak melakukan peremajaan
3. Infrastruktur jalan cukup banyak yang kurang layak/rusak sehingga menyulitkan untuk mencapai daerah-daerah sentra
4. Koordinasi, integrasi dan sinergitas antar instansi/institusi pembina usaha kelapa masih minim. Salah satu dampaknya adalah adanya perbedaan data potensi yang dikeluarkan oleh masing-masing instansi/institusi.
Prospek
Usaha kelapa atau kopra di mata pelaku usaha tetap memiliki prospek yang baik di masa mendatang. Satu hal yang dirisaukan petani adalah kepastian harga. Dengan potensi kelapa yang tinggi di sentra kelapa maka para pelaku usaha ini tetap berminat dan termotivasi menggeluti usaha kelapa yang diolah menjadi kopra atau produk turunan lainnya. Para petani/pelaku usaha lainnya sangat berminat jika ada pembeli dari luar yang ingin menampung produksi mereka. Untuk jalinan mitra dengan pembeli dari luar dalam menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas maka pelaku usaha menginginkan adanya kepastian harga. Mekanisme yang dikehendaki agar mitra tersebut hanya berhadapan dengan pedagang pengumpul dan tidak langsung ke petani. Sedangkan petani akan bertindak sebagai pemasok pada pedagang pengumpul. Dengan demikian cara ini akan lebih efisien bagi mitra karena tidak memerlukan biaya yang lebih tinggi dalam mengumpulkan bahan baku
Usaha kelapa atau kopra di mata pelaku usaha tetap memiliki prospek yang baik di masa mendatang. Satu hal yang dirisaukan petani adalah kepastian harga. Dengan potensi kelapa yang tinggi di sentra kelapa maka para pelaku usaha ini tetap berminat dan termotivasi menggeluti usaha kelapa yang diolah menjadi kopra atau produk turunan lainnya. Para petani/pelaku usaha lainnya sangat berminat jika ada pembeli dari luar yang ingin menampung produksi mereka. Untuk jalinan mitra dengan pembeli dari luar dalam menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas maka pelaku usaha menginginkan adanya kepastian harga. Mekanisme yang dikehendaki agar mitra tersebut hanya berhadapan dengan pedagang pengumpul dan tidak langsung ke petani. Sedangkan petani akan bertindak sebagai pemasok pada pedagang pengumpul. Dengan demikian cara ini akan lebih efisien bagi mitra karena tidak memerlukan biaya yang lebih tinggi dalam mengumpulkan bahan baku