Rabu, 28 Maret 2012

Potensi Kelapa Di Sulawesi Tenggara

Tanaman kelapa merupakan salah satu tanaman yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Tenggara baik menggunakan lahan pemukiman dengan jumlah yang sangat terbatas maupun yang dilakukan pada lahan yang luas untuk tujuan kemersial. Berdasarkan hasil studi potensi kelapa dalam di Sulawesi Tenggara dapat digambarkan bahwa areal potensi kelapa yang tersebar di 12 kabupaten/kota. Sentra pengembangan dan potensi kelapa berdasarkan kabupaten/kota teratas di Sulawesi Tenggara berada di Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton, Kabupaten Konawe  Kabupaten Muna, Kabupaten Wakatobi . Sedangkan Sentra produksi terbesar berada di Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Konawe dan Kabupaten Buton Utara serta Kabupaten Muna. Kota Kendari dan Kota Bau – Bau merupakan penyumbang terkecil baik dari aspek luas areal maupun produksi.

Aspek Teknis Pengelolaan Kelapa di Sulawesi Tenggara
Aspek Budidaya
Teknis budidaya kelapa yang saat ini dilakukan oleh masyarakat adalah secara tumpang sari.
Aspek Produksi
Umur produktif tanaman kelapa berada pada usia tanaman 15 – 50 tahun. Lokasi penanaman sangat menentukan produksi/buah kelapa yang dihasilkan dalam 1 pohon. Pada lokasi dataran/pesisir dapat menghasilkan buah antara 35 – 50 biji per musim panen. Sedangkan pada daerah perbukitan dan daerah – daerah dengan tingkat kesuburan tanah yang rendah seperti di beberapa wilayah kepulauan hanya menghasilkan 15 – 35 biji kelapa per musim. Musim panen dilakukan setiap 3 bulan dengan produksi rara-rata 30 biji per pohon. Sehingga dalam 1 hektar dapat menghasilkan biji kelapa sebanyak 4.140 per panen. jadi dalam 1 hektar  138 pohon maka kelapa yang di hasilkan sebesar  571. 320 / panen. Sebagian besar petani kelapa di lokasi studi melakukan pengolahan biji kelapa menjadi kopra dan hanya sebagian kecil petani yang melakukan pengolahan dalam bentuk minyak. Bentuk pengolahan kopra masih dilakukan secara tradisional, baik melalui pengeringan dengan cara penjemuran maupun melalui pengasapan. Beberapa daerah di wilayah kepulauan seperti di Kabupaten Buton, Wakatobi dan sebagian di Kabupaten Buton Utara melakukan pengeringan dengan menggunakan panas matahari.
Aspek Pemasaran
Produksi olahan kopra dipasarkan melalui pedagang pengumpul yang datang pada petani maupun diantar langsung pada pedagang pengumpul besar yang ada di tingkat kabupaten. Pemasaran kopra yang berasal dari berbagai kabupaten di wilayah Sulawesi Tenggara terpusat di 3 (tiga) kabupaten/kota yakni kabupaten Kolaka, Kota Kendari dan Kota Bau - Bau. Untuk wilayah kepulauan terpusat di Kota Bau-Bau  sedangkan di wilayah daratan terpusat di Kabupaten Kolaka dan Kota Kendari.
Sarana transportasi dan jangkauan wilayah juga berpengaruh terhadap penetapan harga yang berlaku. Sebagian besar kondisi jalan di sentra tanaman kelapa belum memadai (rusak dan pengerasan). Pada Kondisi jalan yang rusak biasanya harga yang ditetapkan pedagang pengumpul relatif lebih rendah dari harga umum. Khusus untuk daerah kepulauan selain sarana jalan, kondisi cuaca dan ombak sangat berpengaruh terhadap penetapan harga.
Akse Layanan Dan PerBankkan
Sebagian besar lokasi studi belum memiliki sarana komunikasi yang memadai seperti telepon, memiliki jaringan telepon seluler dan telah dilalui jaringan listrik PLN yang dapat mendukung pengembangan industri kelapa dan jaringan pemasaran. Sedangkan akses pada jaringan perbankan pada umumnya hanya terdapat di ibukota kabupaten (Bank BRI, BNI, Mandiri , Panin, Danamon dan BPD) dan beberapa kecamatan yang lebih maju (BRI)
Faktor Pendukung Dan Penghambat Serta Prospek
Faktor Pendukung
1. Ketersediaan lahan kosong yang relatif masih sangat luas memungkinkan untuk peningkatan produksi kelapa baik secara ekstensifikasi maupun intensifikasi.
2. Dukungan pranata sosial budaya masyarakat yang sudah sejak dulu akrab membudidayakan tanaman kelapa.
3. Animo masyarakat terhadap pendayagunaan tanaman kelapa dan produk turunannya melalui introduksi teknologi pasca panen (kegiatan off farm) sangat besar.
4. Bahan baku pembuatan produk turunan kelapa seperti sabut, tempurung, lidi, air kelapa tersedia melimpah dan untuk sementara masih menjadi limbah.
5. Permintaan pasar domestik maupun internasional terhadap produk kelapa dan turunannya masih sangat terbuka lebar dan dapat berorientasi ekspor.
6. Kelapa merupakan salah satu komoditas unggulan daerah dan memperoleh perhatian khusus dari beberapa instansi/dinas/institusi daerah dalam hal pembinaan dan pengembangan.
7. Sebagian besar sentra kelapa telah dilalui jaringan listrik PLN maupun jaringan telekomunikasi seluler yang dapat mendukung pengembangan industri kelapa dan jaringan pemasaran walaupun hanya dalam skala rumah tangga.
9. Tersedia potensi pengembangan pelabuhan rakyat maupun peti kemas dalam rangkatransportasi produk antar pulau.
Faktor Penghambat
1. Usaha budidaya tanaman kelapa masih bersifat subsistem. Sapta usaha tani belum diterapkan secara optimal.
2. Tanaman kelapa tidak/kurang produktif lagi akibat usia yang sudah tua sementara petani tidak melakukan peremajaan
3. Infrastruktur jalan cukup banyak yang kurang layak/rusak sehingga menyulitkan untuk mencapai daerah-daerah sentra
4. Koordinasi, integrasi dan sinergitas antar instansi/institusi pembina usaha kelapa masih minim. Salah satu dampaknya adalah adanya perbedaan data potensi yang dikeluarkan oleh masing-masing instansi/institusi.
Prospek
Usaha kelapa atau kopra di mata pelaku usaha tetap memiliki prospek yang baik di masa mendatang. Satu hal yang dirisaukan petani adalah kepastian harga. Dengan potensi kelapa yang tinggi di sentra kelapa maka para pelaku usaha ini tetap berminat dan termotivasi menggeluti usaha kelapa yang diolah menjadi kopra atau produk turunan lainnya. Para petani/pelaku usaha lainnya sangat berminat jika ada pembeli dari luar yang ingin menampung produksi mereka. Untuk jalinan mitra dengan pembeli dari luar dalam menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas maka pelaku usaha menginginkan adanya kepastian harga. Mekanisme yang dikehendaki agar mitra tersebut hanya berhadapan dengan pedagang pengumpul dan tidak langsung ke petani. Sedangkan petani akan bertindak sebagai pemasok pada pedagang pengumpul. Dengan demikian cara ini akan lebih efisien bagi mitra karena tidak memerlukan biaya yang lebih tinggi dalam mengumpulkan bahan baku

Pemanfaatan Hasil Kelapa

Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhandari suku aren-arenan atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna. Tumbuhan yang merupakan tanaman tropis ini tumbuh subur di daerah pesisir, tidak memerlukan perawatan khusus. Dari buah, batang sampai daun tanaman ini mempunyai potensi yang dapat dikembangkan menjadi sebuah peluang usaha 
Sabut Kelapa
Menurut United Coconut Association of the Philippines (UCAP), dari satu buahkelapa dapat diperoleh rata-rata 0,4 kg sabut yang mengandung 30% serat. Serat dapat diperoleh dari sabut kelapa dengan cara perendaman dan mekanis.Sabut kelapa sangat kaya dengan unsur Kalium yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu apabila sabut kelapa tidak dipergunakan untuk produk-produk yang laku dijual, maka dapat dikembalikan ke kebun sebagai pupuk Kalium.
Ekstraksi Serat dengan Perendaman
Perendaman bertujuan untuk memisahkan/mengekstraksi berkas-berkas serat dari sekam yang mengikatnya dengan menggunakan aktivitas mikroorganisme. Caranya adalah dengan memasukkan sabut kelapa ke dalam kolam selama 1-3 bulan. Selama dalam peredaman ini, maka berbagai mikroorganisme akan berkembang dan sebagai hasil dari kegiatannya maka jaringan sekam yang mengikat serat terutama terdiri atas pektin perlahan-lahan akan larut dan disertai dengan timbulnya bau yang kurang sedap. Banyaknya sabut yang direndam disesuaikan dengan bak yang tersedia. Oleh karena waktu yang diperlukan terlalu lama dan dibutuhkan bak yang sangat luas, maka tara ini dianggap kurang efektif dan efisien. 
Ekstraksi Serat Menggunakan Mesin 
Cara ini menggunakan pemukul besi atau paku yang dipasang pada drum yang berputar cepat. Hasilnya adalah serat berbulu yang bersih. Serat yang diekstraksi akan diperoleh 40% serat berbulu dan 60% serat matras. Dari 100 gram sabut yang diekstraksi diperoleh sekam 70%, serat matras 18% dan serat berbulu 12%. Serat matras digunakan untuk bahan pengisi (jok), bahan penyaring, matras, dan sebagainya. Sedangkan serat berbulu sangat baik untuk dibuat sikat pembersih, sapu, keset, dan lainnya.
Tempurung Kelapa 
Pada umumnya tempurung dimanfaatkan sebagai bahan bakar. dalam bentuk tempurung kering atau arang tempurung. Tempurung, di samping dipergunakan untuk pembuatan arang, juga dipergunakan untuk pembuatan arang aktif, yang mempunyai kemampuan mengabsorpsi gas dan uap. Di samping itu arang aktif dapat dipergunakan sebagai kedok gas, filter rokok, ekstraksi bensin dari gas alam, pemurnian gas, menghilangkan bau limbah hasil buangan industri, bahan dasar pembuatan bateray, dan sebagainya. Arang aktif juga mampu menghilangkan warna dalam larutan, sehingga dapat dipergunakan untuk pemucatan minyak nabati, dekolorisasi larutan gula dan sebagainya. Pembuatan arang tempurung dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu metode drum, metode lubang, dan metode tungku. Metode tungku sesuai untuk pengusahaan secara komersil, sedangkan metode yang paling sesuai untuk pembuatan arang tempurung dalam skala kecil adalah metode drum.
Arang Briket
Tempurung merupakan bahan yang rapuh, sehingga mudah hancur selama penangannya. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam mengangkutnya, dan bahkan kesulitan dalam penggunaan tungku. Salah satu cara untuk mengatasi kesulitan ini adalah dengan membuat arang briket. Cara yang umum dilakukan adalah menggiling arang tempurung, mencapur dengan perekat, mencetak, dan bila perlu mengikatnnya.
Arang Tempurung Aktif
Potensi komersial arang tempurung terletak pada karbon aktifnya, kerena bahan ini sangat efektif untuk mencegah adanya polusi, gas beracun, gas atau uap yang tidak dikehendaki. Cara kerja tempurung aktif ini terutama daya afinitas (daya tarik menarik)nya yang selektif terhadap substansia tertentu. Substansia ini diadsorpsi pada permukaan arang dan permukaan arang ini dapat diperluas dengan cara memperkecil ukuran partikel arang. Daya afinitas yang sefektif dari arang aktif terhadap substansia khusus ini, dapat ditunjukkan oleh kemampuannya melakukan dekolorisasi larutan gula yang keruh. Arang tempurung aktif lebih disukai dibandingkan arang aktif dari bahan lain, karena daya adsorpsinya yang tinggi dan mudah penanganannya disebabkan oleh bentuknya sebagai butiran yang keras, tidak mudah hancur menjadi bubuk.
 Air Kelapa sebagai Nata de Coco
Nata de coco merupakan bahan makanan yang sangat lezat, yang dimakan dalam berbagai bentuk makanan seperti koktil buah, es krim atau dalam sirup yang sangat baik untuk diet makanan berserat. Secara ringkas skema pembuatan nata de coco dapat dinyatakan sebagai berikut: Air kelapa yang telah disaring (12 mangkuk) → dididihkan → didinginkan → diberi starter Acetobacter xylinum 2 mangkuk, asam asetat glacial 1/2 mangkuk, dan ditambah gula 1 mangkuk → dicampur hingga merata → disimpan selama 14 hari → nata de coco mentah → dipotong-potong, dicuci sampai rasa asam hilang, ditiriskan → ditambahkan sirup gula (2 mangkuk gula, 1 mangkuk air) → di masukkan dalam botol → direbus pada air mendidih 30 menit → nata de coco siap dikemas.